Postingan

Sendiri

Ada banyak hal yang mengganggu pikiranku Hingga aku tak dapat mengontrol diriku  Mulai dari jiwa bahkan hingga ragaku Yang membuatku berandai, kapan ini akan cepat berlalu? Sempat berpikir untuk putus asa Dengan begitu beratnya beban pikiran yang ada Otak dan hati yang sudah tak mampu untuk menahannya Membuatku berpikir bahwa menyerah adalah jalan satu-satunya Sampai sekarang aku pun belum menemukan jawabannya Tentang bagaimana untuk aku dapat keluar dari ini semua Entah sampai kapan aku akan mengakhirinya Hanya waktu untukku melakukan semua yang bisa "Apakah kamu lelah?" Pertanyaan yang selalu ingin ku dengar dari lama Dengan jiwa dan ragaku yang sudah tak berdaya Aku, akan mengatakan iya Karena aku, Hanya sendiri  Yang hidup hanya bersama dengan otak dan hati

Andai

Andai.... Hati bisa memilih untuk menempatkan diri Mencari sesuatu yang ingin dimiliki Walaupun ia tahu itu akan sulit untuk didapati Andai.... Otak dan hati bisa sejalan Berusaha mengikuti alur secara bersamaan Tanpa berpikir mana yang harus didahulukan Andai.... Kebersamaan dapat tercipta  Antara dua hati dan dua rasa Yang sedang memperjuangkan takdir Tuhan Yang Maha Kuasa Andai.... Kebahagiaan dapat datang Disertai tibanya kasih sayang Hingga saat jiwa harus berpulang Dan andai.... Proses yang akan memberikan jawabannya Biarkan waktu yang akan menjemputnya Sementara takdir yang akan memilih jalannya

Kenangan

Rintik hujan yang kini sedang membasahi daratan Yang seketika membangunkan tumbuh-tumbuhan Sembari menatap langit senja yang menawan Diikuti suara gerimis yang mengundang perhatian Melihat hujan, aku jadi teringat sesuatu Entah bagaimana hal itu bisa datang kepadaku Bahkan hati masih terasa sesak ketika mengingat itu Tanpa kusadari air mata jatuh dari kedua mataku Ya, kenangan Kenangan yang pernah terjadi di setiap waktunya Dan tak mudah juga ingatan untuk melupakannya Bahkan kenangan itu melebihi kesedihan Romeo and Juliet dalam cerita Namun ada sesuatu yang baru saja kusadari Hujan memang turun, tetapi senja masih menyisakan sinar matahari Yang tak lama setelah itu menciptakan sebuah pelangi Walaupun perlu sedikit proses untuk menghadirkan indahnya warna-warni

Takdir Dan Harapan

Terkadang semua yang kita harapkan Semua yang kita inginkan Semua yang kita nantikan Belum tentu akan menjadi sebuah kenyataan Karena takdir yang menjawab semuanya Sedangkan kita tak bisa apa-apa Hanya menunggu untuk saatnya tiba Sembari mengikuti alur yang ada Apakah itu mungkin sakit? Tentu iya Ataukah ada bahagia untuk kembali bangkit? Mungkin hanya butiran-butiran kebahagiaan yang masih tersisa Kuat untuk sakit Bahagia untuk masa depan Semangat untuk terus bangkit Dan berusaha untuk menggapai harapan

Merelakan

Saat yang menyakitkan Adalah ketika menatap kepergian Oleh tangan yang perlahan melepas genggaman Dari seseorang yang selalu ingin bertahan Waktu berharga yang kini telah binasa Karena hati yang hancur dengan begitu dahsyatnya Tanpa ada sedikitpun kepingan rasa yang tersisa Termasuk jiwa yang seketika terasa hampa Ingin rasanya ku kembali ke masa dimana ku menemukan kebahagiaan Yang ku kira semua itu adalah anugerah dari Tuhan Dan takkan pernah berubah menjadi kesedihan Namun kenyataannya takdir sudah mengirimkan jawaban Semua jawaban itu berujung pada perpisahan Dimana kita dipaksa untuk merelakan Oleh sesuatu yang takkan pernah kembali lagi ke dalam pelukan Dan ikhlas yang menjadi satu-satunya pilihan

Kita Berbeda

Seseorang pernah berkata kepadaku "Perbedaan tak akan mungkin bisa menyatu" Walaupun kita sama-sama tahu Tuhan memanglah satu Akankah kita menyalahkan perasaan ini? Atau bahkan waktu yang kala itu datang menghampiri? Semua itu hanya semata sebuah asumsi Yang kala itu otak sedang tidak sejalan dengan hati Beribu-ribu kata yang terucap dari lisan Bak butir pasir yang ada di bibir lautan Melalui setiap doa yang dipanjatkan Karena hanya Dia Yang Maha Mendengarkan Sujud adalah caraku untuk menyampaikan aamiin ku Dan genggaman tanganmu adalah caramu menyampaikan aamiin mu Akankah takdir mendengarkan aamiin kita? Kuharap jawabannya adalah iya Karena jawaban itu adalah suatu kebahagiaan Bagi ketulusan dua insan yang sedang berangan-angan Ibarat bumi yang disinari matahari dari luar angkasa Dan bulan yang muncul menjadi penerang dikala gelap gulita Hingga saat dua iman yang berbeda Mengharapkan aamiin mereka selalu berjalan bersama

Tidak Ada

Teruntukmu yang sedang kurindu Yang sering kali terbayang di benakku Izinkan aku bertanya padamu Apa kabar hari-harimu? Tak banyak yang bisa ku lakukan Merindukanmu yang satu-satunya menjadi alasan Diam bersama rasa yang tetap bertahan Dan doa yang senantiasa ku panjatkan Hanya malam yang dapat menjadi penenang Bersama bulan yang memantulkan cahaya terang Dihiasi jutaan keindahan bintang Dikala hati terasa bimbang Sedih yang tak memerlukan air mata Yang menuntutmu menenangkan jiwa Cukup hati yang sesak sebagai pengganti air mata Dan air hujan yang turun menjadi lambang kesedihannya Hingga akhirnya ku terdiam Mulutku terbungkam Dan berkata di lubuk hatiku yang terdalam "Nothing can i do"